KATA PENGANTAR

 

        Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berusaha mewujudkan ketundukan manusia kepada Allah swt. dan membebaskan mereka dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah swt. semata. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam

        Pendidikan Islam yang benar-benar sejalan dengan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam kehidupan yang merujuk kepada dua landasan utama yaitu kitab suci al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah saw.8 Ajaranajaran Islam harus merujuk kepada sumber-sumber ajarannya, dari sumber inilah kita dapat menggali semua ajaran Islam secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

        Pengutipan israiliyyat oleh sebagian mufassir sebagai salah satu sumber penafsiran al-qur‟an dalam empat abad ini, yaitu semenjak pengkodifikasian tafsir hingga sekarang, persoalan israiliyyat menjadi isu penting bagi mufassir modern, karena israiliyyat bukan hanya berkaitan dengan aspek teologis Islam yang menyatakan sebagai agama yang sempurna, sehingga tidak perlu merujuk pada ajaran-ajaran Yahudi dan Nasrani, juga pernyataan alqur‟an yang menyatakan dua kelompok itu telah melakukan penyimpangan terhadap kitab suci mereka, akan tetapi israiliyyat pada umumnya berisi khurafat-khurafat yang dapat merusak akidah umat Islam.

                     Diantara banyak nya kisah dalam Al-Qur‟an khususnya kisah para Nabi peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai kisah Nabi Ayyub As. Di antara Rasul yang di ceritakan di dalam Al-Qur‟an adalah Nabi Ayyub As, dari Qatadah, beliau meriwayatkan: bahwa Nabi Ayyub telah kehilangan harta benda dan keluarganya, di tubuhnya di dapati banyak binatang, Nabi Ayyub mendapatkan ujian selama 7 tahun lebih, Nabi Ayyub di asingkan dari kampung halaman nya di Sinagoge, di tegaskan oleh Ahmad dalam kitab Az-Zuhidi, dari Abdurrahman Az-Zubair ra. Beliau berkata: Nabi Ayyub diuji dengan kehilangan harta benda yang dia punya, kehilangan anak-anaknya, dan penyakit yang menimpa nya.

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

 

KATA PENGANTAR.. 1

BAB I. 3

PENDAHULUAN.. 3

A.     Latar Belakang. 3

B.     Rumusan Masalah. 4

C.     Tujuan Masalah. 4

BAB II. 5

PEMBAHASAN.. 5

A.     Kisah Nabi Ayyub A.S. 5

B.     Pengertian Isra’iliyat. 8

C.     Israiliyyat Dalam Tafsir Khazin. 10

D.     Klasifikasi Israiliyyat. 12

BAB III. 15

PENUTUP.. 15

Kesimpulan :. 15

DAFTAR PUSTAKA.. 16

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Dalam Al-Qur‟an banyak kita temukan mengenai kisah-kisah para Nabi-nabi, Rasul-rasul dan umat-umat terdahulu, maka yang di maksud dalam kisah-kisah itu, adalah pengajaran-pengajaran dan petunjuk-petunjuk yang bermanfaat bagi para penyuruh kebenaran dan bagi orang-oramg yang diseru kepada kebenaran.[1]

Dan kisah-kisah dari hadist Nabawi berada setelah urutan kisah-kisah Al-Qur‟an. Banyak orang yang sudah terbiasa membaca kisah kisah hanya karena untuk hiburan dan kesenangan sesaat, sebab mereka hanya mengetahui bahwa kebanyakan kisah-kisah bukanlah wujud dari realita, semata-mata hanya karangan dan imajinasi. Hal ini dibenarkan dengan banyaknya kisah yang tidak mungkin terjadi, seperti kisah khayalan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.

 Kadang kala Al-Qur‟an dicampurkan dengan pemahaman yang salah dengan paparan yang berbelit-belit dan menyimpang dari maksud yang sesungguhnya. terkadang ada juga yang dengan sengaja menambahkan kisah-kisah aneh yang di senangi oleh orang-orang awam, yang dari kalangan para Ahli Tafsir dikelompokan dengan tafsir israiliyyat. Mereka menyandarkan*kisah-kisah itu kepada para sahabat bahkan kepada Rasullah, walupun cerita-cerita itu bohong

Allah memberikan segala kenikmatan pada Nabi Ayyub, yaitu berupa keluarga dan harta kekayaan yang melimpah serta badan yang sehat wal'afiat. Kemudian Allah SWT memberikan kuasa kepada Iblis untuk menghancurkan harta kekayaannya. Setelah kebun-kebun dan semua isinya habis terbakar serta termak-ternaknya mati, Nabi Ayyub tidak berubah sedikitpun, beliau tetap saja beribadah dan bersyukur kepada Allah SWT. Setelah harta benda nya habis tetapi Nabi Ayyub masih mempunyai keluarga yang utuh, yaitu istri dan anak-anak. tetapi, iblis tidak puas akan cobaan yang di berikan kepada Nabi Ayyub dan meminta izin kepada Allah untuk menghancurkan semua anak-anaknya. Kemudian Allah mengabulkan permintaan Iblis sehingga musuh umat manusia itu diberi kekuasaan untuk menghancurkan semua putera-puteri Nabi Ayyub, dalam kondisi seperti ini Nabi Ayyub tetap tidak berubah sedikitpun ia tetap taat kepada Allah[2]

Ujian-ujian yang di berikan tersebut tidak melemahkan imannya kepada Allah maka Iblis tidak puas, iblis berkata kepada Allah, Ayyub tetap taat kepada Engkau karena dia masih memiliki tubuh yang sehat. Lalu Allah memberi kuasa kepada Iblis untuk memberikan penyakit yang sangat berat dan mengakibatkan penderitaan pada Ayyub hamba dan utusan Allah yang sangat saleh dan penyabar tersebut. Kemudian Iblis mendatangkan penyakit yang luar biasa kepada Ayyub. 17 Yaitu semacam penyakit kulit yang amat berat,18 sehingga tiada yang tersisa dari tubuhya kecuali hatinya

Di katakan bahwa Nabi Ayyub as terkena penyakit kusta di seluruh tubuhnya tidak ada yang tersisa kecuali urat dan tulangnya, Nabi Ayyub di asingkan di pinggir kota tiada seorangpun yang mengasihinya kecuali istrinya yang sama-sama menerima cemoohan dari orang-orang, dan bahkan ia sampai bekerja pada orang lain, dan ia sampai menjual sanggul rambutnya untuk mneghidupi suaminya, padahal pada saat itu menjual sanggul rambut adalah sesuatu yang hina

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kisah Nabi Ayyub sebagai teladan bagi ummat muslimin?

2.      Bagaimana israiliyyat di dalam kisah Nabi Ayyub?

 

C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui kisah Nabi Ayyub sebagai teladan bagi ummat muslimin

2.      Untuk mengetahui bagaimana israiliyyat di dalam kisah Nabi Ayyub

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Kisah Nabi Ayyub A.S

1.      Biografi Nabi Ayyub

            Nabi Ayyub a.s adalah orang penyabar, ia bersabar ikhlas karena Allah Swt. Beliau juga adalah hamba yang baik dalam hal ‘ubudiyah (peribadahan). Ini terlihat dari keadaan beliau ketika ditimpa berbagai macam cobaan dan ujian dari Allah Swt. Namun beliau mampu melewati cobaan tersebut dengan penuh kesabaran dan berlapang dada demi menjalankan ibadahnya kepada Allah Swt. Beliau adalah orang yg sangat rajin berdoa dan berdzikir sertabeliau menyerahkan urusan dunia dan akhiratnya kepada Allah Swt.

            Dari kisah tersebut anak-anakdapat mengambil contoh yg dapat menumbuhkan karakter religius untuk di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari.Diantaranya; sifatsabar, pandai bersyukur, tabah, bertawakkal, rajin berdzikir dan berdoa.Kisah ataupun cerita untuk anak merupakan salah satu sarana untuk menstimulus penanaman karakter pada diri anak. Kisah juga dapat mengembangkan wawasan berfikir anak dari mendengar kisah yang diceritakan. Cerita mendorong anak untuk menambah kosakata bahasa anak dan juga membantu perkembangan imajinasi anak, sekaligus memberi wadah bagi anak-anak untuk belajar berbagai emosi dan perasaan. Seperti sedih, gembira, simpati, marah, senang, serta emosi manusia yang lain.

            Nabi Ayyub berasal dari Bangsa Romawi, Nama lengkapnya adalah Ayyub bin Muhsin bin Rezah bin Ishaq bin Ibrahim. Ayyub adalah anak Amush anak Zarun anak Al’aish bin Ishaq bin Ibrahim AS. Istrinya bernama Siti Rahmah, anak dari Ifratsim bin Yusuf a.s Dia dutus oleh Allah Swt kepada penduduk Hauran, Damaskus (Izzah Annisa, 2017). Sementara itu tempat bermukim Ayyub a.s adalah sebuah daerah dekat Damaskus yaitu Batsaniah. Batsaniah adalah daerah yang termasuk kota Damskus. Ia adalah sebuah desa antara daerah Adzara’at dan Damaskus (Sya’ban,2007).

            Masa Hidup Nabi Ayyub A.S

            Nabi Ayyub a.s termasuk nabi Bani Israil dan orang yang terpilih. Allah Swt. sebutkan beliau di dalam Al-Qur’an dan memujinya dengan perkara yang mulia serta kesabaran beliau dalam menghadapi cobaan. Allah Swt. mengujinya dengan mengambil anak, keluarga, harta kemudian memberinya penyakit ditubuh beliau selama kurang lenih 18 tahun(As-Sady, 2009: 193).[3]

            Sebelum diuji oleh Allah Swt. dengan kemiskinan dan penyakit yang dialami, nabi Ayyub a.sadalah nabi yang kaya raya, hartanya melimpah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Meskipun dikaruniai segala kemewahan dunia yang melimpah, beliau tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tidak membuatnya lupa kepada Allah Swt. bahkan, beliau gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin. Selain itu nabi Ayyub a.s juga sangat sabar dan rendah hati. Kekayaan tidak membuatnya sombong dan angkuh. (al-Azizi, 2014).

            Melihat ketaatan dan keikhlasan nabi Ayyub a.s beribadah kepada Allah SWT, para malaikat sangat kagum dan menyayanginya. Berbeda dengan Iblis, jantung iblis berdegup kencang. Ia marah, cemburu dan merasa iri sehingga berusaha menjerumuskan nabi Ayyub a.s. agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.

            Kemudian Iblis mencoba menggoda nabi Ayyub a.s agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah Swt. Namun usaha yang dilakukan oleh iblis gagal. Kemudian Iblis meminta izin kepada Allah Swt. untuk menghilangkan semua harta yang dimiliki oleh nabi Ayyub a.s Karena menurut Iblis nabi Ayyub a.s.hanya takut kehilangan kenikmatan yang telah diberikan kepadanya. Menurut iblis semua ibadah yang dilakukan nabi Ayyub a.s tidak ikhlas dan bukan karena cintanya kepada Allah Swt. Andaikata nabi Ayyub a.s. terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak, dan istrinya belum tentu nabi Ayub a.s akan tetap taat dan ikhlas menyembah Allah Swt. (Al-Azizi, 2014).[4]

            Manakala Allah telah sempurna dalam mengujinya untuk mendapatkan derajat yang tinggi serta keridhaan di sisi-Nya, maka Allah Swt. memberinya ilham sebuah doa yang mustajab. Doa itu menggambarkan kelemahan dan kepedihannya, dan tidak ada tempat kembali kecuali kepada Allah Swt. Kemudian Allah menyembuhkan penyakitnya serta mengembalikan seluruh keluarga dan hartanya (An-Nadwi, 2016).Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, semua yang dimiliki oleh nabi Ayyub a.s. dikembalikan lagi oleh Allah Swt. Ia dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah nabi Ayyub a.s. mendapat keturunan yang bernama Basyar yaitu nabi Dzulkifli a.s. (Al-Azizi, 2014).

 

B.     Pengertian Isra’iliyat

Kisah israiliyat terdiri dari dua suku kata yakni “kisah” dan “israiliyat”. Kisah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan cerita tentang kejadian (riwayat dsb) dalam kehidupan seseoran[5]g. Sedangkan israiliyat adalah bentuk jamak dari kata israiliah. Israiliyah merupakan cerita yang dikisahkan dari sumber israili. Israiliyah dinisbahkan kepada Israil, Yaitu Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim yang mempunyai keturunan dua belas. Yang dinyatakan sebagai Yahudi juga dinisbahkan sebagai Bani Israil . Mendapat ya al-nisbah menjadilah israiliyah artinya “ yang bersifat Israil”

            Yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah kisah yang dimuat dalam kitab-kitab tafsir yang sumbernya dari cerita-cerita yang pada dasarnya bukan bersumber dari Nabi Muhammad saw, tapi bersumber dari kitab orang-orang Yahudi (Taurat), dalam hal ini yang dikenal dengan kitab perjanjian lama, maupun dari kitab orang-orang Nasrani (Injil), dalam hal ini kitab perjanjian baru. Ataupun mungkin bersumber dari kelompok-kelompok orang yang memusuhi Islam yang sengaja membuat kisah yang kemudian dijadikan oleh sebagian mufassir sebagai sumber informasi dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran.

            Kisah israiliyat telah mengisi tafsir-tafsir pada masa silam, khususnya pada masa awal perkembangan tafsir, kisah ini ada yang sesuai dengan ajaran Islam, yang oleh Nabi Muhammad diizinkan untuk dipercayai, tapi ada juga kisah yang tidak sesuai dengan syariat Islam yang oleh Nabi dianjurkan untuk ditinggalkan. Israiliyat yang erat kaitannya dengan kisah, dalam hal ini Alquran lebih memberikan perhatian pada pesan dan nilai keagamaan dari pada peristiwa itu sendiri. Terkadang kisah itu sendiri tidak dicatat secara tuntas, meskipun oleh sebagian orang menganggap penting untuk dituntaskan. Dengan demikian, akhirnya sebagian orang mengmbil kisah israiliyat dan mitos-mitos sebagai pelengkap, demi memuaskan kebutuhan narasi bagi para pembaca, dengan dalil bahwa apa yang mereka berikan adalah baik, karena dapat memenuhi kebutuhan mereka dan member kenikmatan pada mereka.

           

 

C.    Israiliyyat Dalam Tafsir Khazin

            Penafsiran al-Khâzin banyak bersumber dari cerita-cerita israiliyat. Al-Qur’an mengandung banyak kisah yang menceritakan kehidupan masa lampau (sebelum Muhammad diutus sebagai rasul). Seperti kisah nabi Musa saat ia mendapat ujian dari Khidir; kisah lahirnya Nabi ‘Isa yang di luar kemampuan akal manusia; serta pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim dan kisah ashâb al-Kahfi yang benar-benar ajaib (tertidur ratusan tahun). Karena al-Qur’an jarang menjelaskan secara detail kisah-kisah para Nabi tersebut, maka umumnya penafsirannya diambil dari israiliyat

            Menurut al-Dzahabi, sumber israiliyat tersebut didapatkan dari riwayat Wahab ibn Munabbih, Ka’ab al-Ahbâr dan lainnya. Sebagai contoh ketika al-Khâzin menafsirkan Sûrah al-Anbiyâ’ ayat 83-84 tentang kisah nabi Ayyub. Al-Khâzin dimulai dengan mengutip riwayat Wahab ibn Munabbih yang menceritakan Ayyub adalah lakilaki asal Romawi bernama lengkap Ayyub ibn Amos ibn Narikh ibn Rum ibn Ish ibn Ishaq ibn Ibrahim. Allah mengangkatnya menjadi Nabi dan melimpahkan rahmatnya berupa harta melimpah. Ia orang yang baik hati, bertaqwa dan menyantuni fakir miskin. Atas kemurahan hati Ayyub, iblis-iblis biadab ingin mengodanya. Iblis naik turun langit untuk menawar kepada Allah agar ia dapat mengoda Ayyub sehingga jatuh imannya

            Selanjutnya Al-Khâzin menceritakan bahwa pada suatu saat iblis mendengar suara malaikat membaca shalawat kepada Ayyub ketika Allah memuji di hadapan mereka. Iblis merasa benci dan iri. Kemudian ia naik ke langit dan berkata: “Tuhanku, saya melihat Ayyub sebagai hamba yang engkau berikan nikmat dan harta melimpah. Maka wajar jika ia menyukuri-Mu. Seandainya Engkau menguji dengan menghentikan nikmatmu, tentu dia tidak akan bersyukur lagi dan menyembah-Mu.” Allah menjawab “berangkatlah kamu (iblis) boleh melakukan apa saja terhadap harta Ayyub”. Kemudian iblis turun ke bumi dan mengumpulkan kolega-koleganya untuk menyusun rencana penghancuran harta Ayyub.

            Al-Khâzin melanjutkan ceritanya, bahwa setelah iblis memusnahkan harta Ayyub, ternyata ia tidak mampu mengoyahkan imannya. Iblis kembali naik ke atas langit dan memohon kepada Allah untuk diizinkan mengabisi anak Ayyub. Allah menjawab “Berangkatlah, kamu (iblis) boleh membunuh anaknya.” Sesudah itu, iblis menemui Ayub dan berkata “Seandainya engkau tahu penderitaan anak-anakmu dan

            bagaimana mereka jungkir-balik, dengan darah mengalir dan otak berhamburan, tentu hatimu akan luluh”. Ayyub pun menangis kemudian mengambil segenggam debu dan dituangkan di atas kepalanya sambil berkata “Seharusnya ibuku tidak melahirkan saya”. Tetapi kemudian Ayyub bertaubat dan iblis pun terheran-heran. Iblis belum puas dengan apa yang telah ia lakukan kepada Ayyub, karena iman Ayyub tetap tak goyah. Lalu ia kembali meminta kepada Allah agar ia diperbolehkan meminta merusak tubuh Ayyub. Allah menjawab “Kamu boleh menghancurkan tubuh Ayyub, akan tetapi kamu tidak dapat menguasai lisan, hati dan akalnya”. Iblis turun lagi ke bumi dan merusak tubuh Ayyub. Ketika Ayyub sedang bersujud, iblis meniup kedua lubang hidungnya. Tiupan itu membuat seluruh tubuh Ayyub terbakar. Badannya pun menjijikkan, bernanah dan bau busuk, sehingga semua orang menjauhi kecuali istrinya. Iblis kembali mengoda Ayyub melalui istrinya, karena Ayyub tidak kunjung sembuh, istrinya menawarkan Ayyub untuk menyembelih kambing bukan karena Allah. Seketika, Ayyub pun marah dan menyuruh pergi istrinya.

           

D.    Klasifikasi Israiliyyat

Pada masa tabi‟in riwayat israiliyyat semakin berkembang, kerena rasa keingintahuan mereka yang sangat tinggi terhadap kisahkisah umat Nabi terdahulu dan banyak yang masuk Islam dari kalangan ahli kitab, sehingga perkembangan riwayat israiliyyat semakin bertambah, maka dari itu, para ulama merumuskan riwayat israiliyyat menjadi tiga bagian, yaitu :

 

1.               Israiliyyat yang sohih

            Isariliyyat yang shahih adalah kisah-kisah israiliyyat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan kisah-kisah tersebut di benarkan dalam Al-Qur‟an. Contohnya riwayat yang di keluarkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dari Ibnu Jarir Ath-thabari berkata:

 

             Aku bertemu dengan Abdullah bin Umar bin ash dan bertanya “ceritakanlah olehmu kepadaku tentang sifat Rasullah SAW yang diterangkan dalam Taurat.” ia menjawab, “tentu, demi Allah, yang di terangkan dalam Taurat sama seperti yang di terangkan dalam al-qur‟an” wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi pemberi kabar gembira, pemberi peringatan dan pememlihara Ummi; engkau adalaha hamba-Ku; namamu di kagumi; Engkau tidakj kasar dan tidak pula keras. Alllah tidak akan mencabut nyawamu sebelum agama Islam tegak lurus, yaitu setelah di ucapkan „tiada Tuhan yang patut di sembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah, dengan perantara engkau pula Allah akan membuka hati yang tertutup, membuka telinga yang tuli dan membuka mata yang buta.

 

2.      Israiliyyat yang doif

              Banyak cerita-cerita dongeng yang bersumber dari hayalan orang-orang yang tidak di ketahui asal-usulnya masuk ke dalam tafsir, namum di ketahui bahwa dongeng-dongeng tersebut tidak dapat di terima oleh akal sehat akan kebenarannya, bahkan sangat bertentangan dengan Islam. Jika di dapati dalam tafsir riwayat yang mengandung cerita seperti ini maka tidak boleh di terima. Contoh nya pada kisah penyakit yang di derita Nabi Ayyub, sebagaiamana dalam Al-Qur‟an surat Al-Anbiya: 83-84

 

 

وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ  ۞ۚ     فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ ۞ۚ

 

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang". Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (Q.S. Al-Anbiya [21] : 83-84)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan :

Metode berkisah merupakan salah satu metode yang baik digunakan kepada anak sebagai cara untuk membentuk karakter anak sejak dini. Dimana anak pada masa usia dini merupakan manusia yang sangat peniru, oleh karena itu metode berkisah sangat baik digunakan untuk menumbuhkan karakter pada diri anak. Kisah atau cerita akan menarik perhatian anak sehingga dapat menimbulkan rasa penasaran yang sangat besar pada diri anak.

            Melalui metode berkisah yang disampaikan secara lisan atau lakon akan mempengaruhi karakter anak dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga membawa perubahan besar dalam kehidupannya. Waktu menjelang tidur adalah waktu yang sangat baik bagi anak untuk mendengar sekaligus merekam cerita dengan baik. Cerita yang didengar oleh anak ketika menjelang tidurnya akan masuk ke dunia mimpinya.

            Nabi Ayyub a.s. adalah nabi yang kaya raya, hartanya melimpah dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Segala nikmat dan kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tidak membuatnya lupa kepada Allah Swt. bahkan, beliau gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin. Selain itu nabi Ayyub a.s. juga sangat sabar dan rendah hati. Kekayaan tidak membuatnya sombong dan angkuh

            Atas permintaan Iblis Allah swt. kemudian menguji nabi Ayyub a.s. dengan cobaan yang amat sangat berat. Nabi Ayyub a.s kehilangan harta bendanya, hewan ternak yang dipeliharanya, menghancurkan keluarganya, sehingga semua anak-anaknya meninggal dunia, bahkan istrinyapun meninggalkan nabi Ayyub a.s. karena kondisi dan keadaan nabi Ayyub a.s. yang tidak lagi seperti semula, dan penyakit yang menimpa sekujur tubuhnya selama 18 tahun lamanya. Meskipun begitu nabi Ayyub a.s. tetap tekun beribadah serta tabah dan sabar atas ujian penyakit dan kehilangan harta benda serta keluarganya. Dengan senantiasa selalu berdzikir kepada Allah Swt.

            Adapun hikmah atau pesan moral dalam kisah nabi Ayyub a.s. Dapat menginspirasi anak untuk dapat diterapkkan dalam kehidupannya sehari-hari. Karakter religius yang ada pada diri nabi Ayyub a.s. ialah nilai kesabaran dan keteguhan imannya, yang selalu bertawakkal kepada Allah Swt. walaupun ujian demi ujian yang menimpanya. Kesabaran yang benar adalah kesabaran tanpa batas. Dengan mendengarkan kisah yang terkandung dalam kisah nabi Ayyub a.s. tentang kesabaran dan keteguhan hatinya. Secara tidak disadari stimulus perkembangan otak anak akan merekam semua kisah tersebut. Sehingga secara perlahan mereka akan berusaha mengikuti karakter yang dimiliki nabi Ayyub a.s. Dan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-harinya.

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 160

2.      Yunahar Ilyas, Kisah Para Rasul Alaihim Tafsir Al-Qur‟an Tematis, (Yogyakarta: Itqan Publishing, Cetakan 1, November 2016), h. 7

3.      As-Sa'dy. Mutiara Hikmah dari Kisah Para Nabi. Tegal: As Shaf Media, 2006.

4.      Al-Azizi, A. S. Kitab Peninggalan Bersejarah Para Nabi. Yogyakarta: Saufa, 2014.

5.      Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (Cet. X; Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 505

 



[1] Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 160

[2] Yunahar Ilyas, Kisah Para Rasul Alaihim Tafsir Al-Qur‟an Tematis, (Yogyakarta: Itqan Publishing, Cetakan 1, November 2016), h. 7

[3] As-Sa'dy. Mutiara Hikmah dari Kisah Para Nabi. Tegal: As Shaf Media, 2006.

[4] Al-Azizi, A. S. Kitab Peninggalan Bersejarah Para Nabi. Yogyakarta: Saufa, 2014.

[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (Cet. X; Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 505