PENDAHULUAN
Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah lebih kurang 13 tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdakwah menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam.
Karena
kentalnya masyarakat Mekkah dengan agama nenek moyang mereka dan keengganan
mereka meninggalkan sesembahan mereka. Sehingga Nabi shallallahu alaihi wa
sallam banyak mendapatkan kecaman dan siksaan selama berdakwah di Mekkah.
Setelah perjuangan panjang lebih kurang 13 tahun, kemudian beliau memutuskan
untuk hijrah ke Madinah. Pada periode Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam berhasil membangun dan membina masyarakat Islam yang kuat.
Hal ini disebabkan karena antusiasnya masyarakat Madinah dalam memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang telah lebih dahulu masuk Islam. Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan terbatas mengenai Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini, yakni:
1.
Arab
Pra-Islam
2.
Periode
Mekkah
3.
Periode
Madinah
Tujuan dari disusunnya makalah
ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui lebih dalam perihal peradaban
masyarakat islam di masa Rasulullah SAW. Sebagai bahan acuan untuk karya ilmiah
lain yang membahas tentang peradaban islam pada masa Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
Dakwah Nabi Muhammad berada dalam 2
tempat, Makkah dan Madinah. Awaldakwah Nabi Muhammad bisa dikatakan penuh
tantangan dan duri, namun keteguhannya menyingkirkan itu semua. Hal ini
terbukti dengan banyaknya cara yang digunakan Nabi untuk meyakinkan para penduduk
Makkah terhadap ajaran yang dibawanya – Islam. Mulai dari cara person to person yang menghasilkan kader – kader profesional di masa mendatang
– identik dengan dakwah bil sirri –
sampai memberikan dakwah bil jahri
yang berdampak pada perjanjian atau baiat – baik Aqabah 1 dan 23 –
yang merupakan alasan mendasar terjadinya hijrah Nabi ke Madinah. Dalam
pembahasan ini akan diketahui pola atau strategi dakwah Nabi hingga berhasil
menciptakan negara islam yang baldatun thoyyibah
di Madinah.
Makkah merupakan kota penting pada waktu itu baik dikarenakan tradisi maupun kedudukannya. Ajaran Nabi Muhammad – Islam – di samping berhadapan dengan agama politeisme yang telah mengakar kuat juga harus melawan oposisi dari pemerintah oligarki4 bukanlah ajaran baru bagi masyarakat pada waktu itu. Hal ini terbukti dengan banyaknya kesamaan esensi dalam hal ibadah, misalnya dalam hal puasa, sholat. Kesamaan ritual inilah yang menjadi salah satu penyebab ketertarikan masyarakat Makkah terhadap ajaran Nabi, meskipun oleh sebagian kelompok masyarakat ajaran Nabi Muhammad dianggap merusak tatanan masyarakat.5
Khodijah bisa
dikatakan sebagai orang Makkah pertama yang masuk islam bukan karena beliau
istri Nabi namun lebih dikarenakan kebenaran ajaran yang dibawa sang suami yang
telah dita’kid pamannya Waraoqoh.
Adapun keluarga Nabi yang lain adalah Ali, Zaid, 4 anak perempuan Nabi. Adapun
dari luar keluarga Nabi adalah Atiq bin Utsman yang dikenal dengan Abu Bakar. Masuknya Abu Bakar ini membawa
kesan dalam diri Nabi seperti yang dikatakannya “ Aku tidak pernah mengajak
orang agar menerima islam tapi dia menunjukkan tanda – tanda penolakan,
kecurigaan dan keraguan kecuali Abu Bakar ketika kukatakan padanya tentang
islam dia sama sekali tidak ragu. 13 Masuknya Abu Bakar setidaknya juga berperan
dalam dakwah islam terbukti dengan masuknya beberapa orang atas ajakannya
seperti Abu Ubaidah bin al Harits, Abu Salamah bin Abdul Asad, al Arqam bin al
Arqam, Utsman bin Ma’zum, Qudamah bin Ma’zun, Sa’id bin Yazid dan istrinya (
saudara Umar bin Khotttob ), Asma dan Aisyah. 14
Meskipun negara
islam pertama adalah Madinah, namun kontribusi kader-kader Makkah tidaklah
dapat diabaikan. Hal itu dikarenakan pembentukan pribadi muslim Makkah yang merupakan cikal bakal tumbuhnya
masyarakat islam tidaklah dapat diabaikan. Sehinga dapatlah dikatakan bahwa
Makkah merupakan benih unggulan sedangkan Madinah merupakan lahan subur yang
keduanya mampu menciptakan suatu negara islam
Dakwah Nabi
kepada penduduk Madinah lebih singkat daripada masa dakwah di Makkah yang
memakan waktu 10 tahun. Namun demikian, Nabi berhasil memperoleh pengikut yang
lumayan banyak. Banyaknya pengikut dari Madinah bisa jadi disebabkan
faktor-faktor berikut ini :
1.
Penduduk negeri itu lebih dekat pada agama Samawi karena
senantiasa mendengar dari orang – orang Yahudi yang ada disana tentang Allah,
wahyu dan hari berbangkit, surga dan neraka
2.
Menurut Ibn Hisyam, bahwa di Yatsrib terus menerus
terjadi peperangan antara orang Yahudi dengan Arab. Apabila orang Arab menang
maka orang Yahudi berkata, Telah dekat masanya bahwa Nabi yang bertemu dalam
kitab kami akan diutus oleh Tuhan apabila ia telah diutus Tuhan kami akan
mengikutinya dan kami akan mendapatkan kemenangan atas kamu
3.
Di Yatsrib terjadi perselisihan antara kaum Aus dan
Khazraj. Masing-masing mencari seseorang yang dapat mempersatukan kembali agar
menjadi kuat.15
Keberhasilan tersebutlah
yang memantapkan keputusan Nabi untuk hijrah yang sekaligus mampu merubah wajah
dunia masa itu. Banyaknya pengikut ajaran Nabi merupakan stu-satunya alasan
untuk hijrah ke Madinah16 sehingga diyakini dapat menerapkan ajaran
islam secara utuh. Keputusan hijrah Nabi bisa jadi bukan hanya untuk
menghindarkan diri dari banyaknya tekanan yang diproleh namun juga untuk
mencari massa sehingga dapat digunakan untuk mendirikan suatu negara yang
selanjutnya dapat dijadikan sebagai tameng atau sebuah benteng pertahanan.17
Hijrah Nabi ke Madinah setidaknya membentuk kelompok masyarakat yaitu,
(1) Muhajirin, orang yang berpindah dengan membawa agama mereka dari Makkah ke
Madinah, (2) Kaum Anshor penduduk Madinah asli yang telah memeluk agama islam,
(3) Yahudi, sisa-sisa Bani Israel dan orang-orang Arab yang memelik agama
Yahudi.18 Dalam perjalana selanjutnya, Nabi membentuk suatu ikatan
keluarga baru yang didasari oleh agama
bukan kesukuan. Untuk merealisasikannya maka Nabi melakukan :19
No |
Tindakan /
strategi |
Maksud |
Contoh |
1 |
Membangun
masjid |
Mendirikan
suatu tempat yang tidak dipunyai oleh kabilah itu atau kabilah lain, tidak
hanya tempat untuk bertemunya suatu keluarga tertentu tapi beliau bermaksud
membina suatu tempat yang akan dikunjungi oleh seluruh kaum muslimin ketika
itu. |
Kala itu
masjid digunakan sebagai balai pertemuan, baik untuk bercakap-cakap atau
membicarakan urusan perekonomian. |
2 |
Mempersaudarakan
di antara kaum muslimin (al Anfal : 72) |
Untuk
mengeratkan hubungan anatara suku Aus dan suku Khazraj. Mendekatkan antara
kabilah-kabilah kaum Muhajirin. Menghilangkan kesepian lantaran meninggalkan
kampung halaman dan menghibur karena berpisah dengan keluarga. Persaudaraan
ini menghasilkan keluarga islam yang terdiri dari bermacam-macam kabilah dan
unsur. |
Nabi
Muhammad mengambil Ali bin Abi Tholib sebagai saudaranya Hamzah-pama
beliau-bersaudara dengan Zaid anak angkat Nabi. Abu Bakar bersaudra dengan
Charidjah Ibnu Zuhair. Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban Ibnu Malik al
Zhaddraj, dan lainnya (al- Imron : 103) |
3 |
Perjanjian
antara kaum Muslimin dan bukan Muslimin |
Memberikan
wawasan pada kaum Muslimin waktu itu tentang bagaimana cara bekerjasama
dengan penganut bermacam-macam agama ketuhanan yang lain yang pada akhirnya
menghasilkan kemauan untuk bekerja bersama-sama dalam upaya mempertahankan
agama. |
Adapun isi
perjanjian adalah sebagai berikut : Atas nama
Allha Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, bahwa inilah surat dari Nabi Muhammad
tentang perjanjian antara Mukminin dan Muslimin dari suku Quraisy dan antara
penduduk Yatsrib beserta pengikut-pengikut yang menggabungkan diri kepada
mereka dan berjihad bersama-sama............20 |
4 |
Suri
tauladan yang baik |
Untuk
mensukseskan ke-3 strategi di atas maka dibutukan suatu panutan yang hanya
diikuti sehingga tidak salah jalan dan sumber itu adalah Rosulullah sendiri |
Nabi juga
bercanda, pergi ke pasar |
5 |
Keadilan
sosial |
Merupakan
pondasi dalam melaksanakana kehidupan bermasyarakat. Untuk membentuk
masyarakat sehat harus berpondasikan keadilan sosial yang merata |
Hal ini
telah tercermin dalam pengaturan harta benda |
6 |
Sistem
Pemerintahan dalam Masyarakat |
Untuk lebih
memantapkan strategi sebelumnya sehingga dalam kehidupan bermasyarakat
semakin baik |
Berkaitan
dengan persoalan rumah tangga, persoalan kemasyarakatan seperti gotong
royong, keadaban islami seperti mengucap slam dan peraturan tentang pergaulan
sjagad seperti peperangan dan lainnya |
7 |
Meresapnya
jiwa Islam dalam masyarakat baru |
Bukti
kecintaan terhadap agama |
Umar bin
Khattab dari pemarah menjadi seorang yang berbelas kasih. |
Strategi Nabi
di atas terbukti sangat ampuh, terbukti dengan tidak memerlukan waktu lama
masyarakat islam baik Muhajirin maupun Anshor telah mampu mengejawantahkan
strategi tersebut dalam berkehidupan sehari-hari. Keberhasilan strategi
tersebut tidak terlepas dari kepiawaian Nabi dalam melihat kondisi masyarakat
sekitarnya yang sangat memerlukan arahan dan tauladan dari pemimpin guna
menciptakan keaadaan yang lebih baik. Hal ini senada dengan pernyataan stoddard bahwa keberhasilan dakwah islam
stidaknya dipengaruhi 3 hal yaitu :
1. The Character Of Arab
2. The Muhammad’s Teaching
3. The Contemporary World21
Selain hal
tersebut di atas faktor penunjang keberhasilan Nabi membentuk ummah di Madinah adalah sebagai berikut
:
1.
Ide-ide yang diajarkan Nabi adalah ajaran yang benar
yang sesuai degan kodrat manusia dan berlaku untuk semua manusia
2.
Kepribadian dan kepemimpinan beliau
3.
Partisipasi para sahabat yang rela mengorbankan harta
dan nyawa demi agama baru yaitu Islam. 22
Adapun bukti keberhasilan beliau setidaknya terlihat dari perubahan yang
terjadi sebelum dan sesudah Islam datang seperti di bawah ini. 23
No |
Sebelum
Islam |
Sesudah Islam |
1. |
Dari mata pedang |
Ke jalan damai |
2. |
Dari kekuatan |
Ke undang-undang |
3. |
Dari balas dendam |
Menggunakan hukum qishash |
4. |
Dari serba halal |
Mengedepankan kesucian |
5. |
Dari sifat suka merampas |
Dipenuhi dengan rasa kepercayaan |
6. |
Dari sifat suka mengasingkan diri |
Menjadi satu keluarga Islam dan mampu mengalahkan Romawi dan Persia |
7. |
Kehidupan kesukuan |
Adanya tanggung jawab pribadi |
8. |
Dari penyembah berhala |
Berpegang pada akidah tauhid |
9. |
Memandang rendah wanita |
Memuliakan wanita |
10. |
Tatanan sosial dipengaruhi sistem kasta |
Mengedepankan persamaan |
Ke-10
perubahan di atas lebih banyak didominasi oleh perubahan tatanan sosial
masyarakat. Tatanan masyarakat yang dibentuk Nabi merupakan modal penting bagi
perkembangan Islam di masa selanjutnya yang semua itu dibangun dengan asas-asas
sebagai berikut:
1.
Al- Ikho (persudaraan)
2.
Al- Musawamah (persamaan)
3.
Al- Tasamuh (Toleransi)
4.
Musyawarah
5.
Al- Adalah
Keenam asas di atas sangat
membantu pada proses pembentukan ummah Islam untuk pertama kalinya yang secara tidak langsung
menjadi pondasi bagi pembentukan masyarakat Islam selanjutnya. Namun demikian
keberhasilan dakwah Nabi di madinah bukanlah tanpa hambatan, ini terbukti
dengan adanya peperangan yang terjadi demi untuk meluaskan dakwah Nabi.
“Diizinkan berperang bagi
merekayang diperangi, karena mereka sesungguhnya dianiaya. Dan sesungguhnya
Allah Maha Kuasa menolong mereka, yaitu orang-orang yang diusir ke luar
kampungnya tanpa suatu alasan yang patut
, kecuali karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah… (QS:22:39-40)
Turunnya ayat tentang peperangan
buksn berarti Islam mengajarkan tentang kekerasan, dibolehkannya perang
hanyalah untuk mempertahankan diri atau membela dari usaha kaum Quraisy dan
sekutunya yang ingin melenyapkan Islam. Dengan kata lain, adanya tindakan
kekerasan-dalam hal ini perang pada masa Nabi disebabkan 2 hal yaitu: (1) untuk
berjaga-jaga dari serangan musuh yang dapat mengganggu kelangsungan dakwah
Islam (2) membuat perjanjian damai dan melakukan dakwah Islam di kalangan
kabilah yang berbatasan langsung dengan Madinah. 24
Berkaitandengan peperangan, maka
akan dikenal sebagai sariyyah atau ghazwah. Sariyyah
adalah ekspedisi yang dipimpin oleh Nabi langsung, sedangkan ghazwah
adalah ekspedisi yang dipimpin salah seorang sahabat Nabi.25 Jumlah sariyyah ataupun ghazwah
ini sangat banyak, namun hanya ada beberapa yang perlu diketahui antara lain,
Perang Badar, Uhud, Khandaq, Fath Makkah, Hunain, dan Tabuk. 26
Meskipun tidak semuanya dimenangkan pihak muslimin namun cukup mampu
membuktikan eksistensi negara Islam.[6]
BAB III
PENUTUP
Seperti
yang kita ketahui, kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul.
Sedangkan periode Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin
ke Madinah setelah lebih kurang 13 tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdakwah menegakkan tauhid dan
dasar-dasar Islam. Dakwah Nabi
Muhammad berada dalam 2 tempat, Makkah dan Madinah. Awaldakwah Nabi Muhammad
bisa dikatakan penuh tantangan dan duri, namun keteguhannya menyingkirkan itu
semua.
Hal ini terbukti dengan banyaknya cara yang digunakan
Nabi untuk meyakinkan para penduduk Makkah terhadap ajaran yang dibawanya –
Islam. Makkah merupakan kota penting pada waktu itu baik dikarenakan tradisi
maupun kedudukannya. Kesamaan ritual inilah yang menjadi salah satu penyebab
ketertarikan masyarakat Makkah terhadap ajaran Nabi, meskipun oleh sebagian
kelompok masyarakat ajaran Nabi Muhammad dianggap merusak tatanan masyarakat.
Selain kesamaan ritual di atas, ketertarikan masyarakat terhadap islam juga
disebabkan inti ajaran islam itu sendiri, yaitu masalah keesaan Tuhan,
penghapusan patung – patung berhala, kewajiban manusia beribadah kepada Tuhan
Maha Pencipta .8 Dengan kata
lain, islam merupakan agama yang mengingatkan pada hal yang alami, kebutuhan
asli manusia.[7]
DAFTAR PUSTAKA
Syed Ameer
Ali, Api Islam, Jakarta: PT Pembangunan, 1966
Ira
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999)
Asas
Haji dalam islam berdasar aqidah Tauhid, lihat dalam Sidi Gazalba, Masyarakat
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang)
Thomas
W Arlnold, The Preaching of Islam, terj. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam.
(Jakarta: Widjaya, 1985)
Badri Yatim,
Dari Makkah ke Madinah, Ensiklopedi Tematis 12
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)
Tim,
SKI IAIN Alauddin, Sejarah Kebudayaan Islam, Depag, Jakarta
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002)
Karen
Amstrong, Muhammad A Biography of The Prophet, Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis, terj. Syirikil Syah,
(Risalah Gusti, 2001)
DR.
H. Badri Yatim Dari Makkah ke Madinah, dalam Ensiklopi Tematis Jilid 2
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)
Sejarah
Islam, (Jakarta: Djajamurni, 1971)
Ira
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,1999)
Ahmad
Syahabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: PT Djajamurni)
Lothrop
Stoddard, Dunia Baru Islam, Tim Penerjemah Indonesia, Jakarta
Ahmad Syalabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: PT
Djajamurni)
[1] [1] QS Al Mudatsir 1-7, Hai orang yang
berselimut, bangun dan berilah peringatan. Agungkanlah nama Tuhanmu,
bersihkanlah pakaianmu, jauhilah perbuatan maksiat dan janganlah kamu member
karena hendak memperoleh yang lebih banyak dan hendaklah kamu bersabar memenuhi
perintah.
2 Sesuai dengan QS Al Hijr 94, “Maka
sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) secara
terang-terangan dari orang-orang musyrik.
3 Perjanjian Aqobah merupakan difusi antar masyarakat, adapun isi
baiat Aqobah 1, bahwa mereka tidak akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak membunuh anak keturunan, tidak akan menyebar
fitnah,dan tidak akan mengabaikan kebenaran. Sedangkan Aqabah II, “Kami
berjanji akan setia kepada Nabi melawan musuh, dalam suka, duka, dan
marabahaya. Kami tidak akan melakukan aniaya ..........lihat lebih lanjut dalam
Badri Yatim dari Makkah ke Madinah, ensiklopedi Tematis, (Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 16
4
Syed Ameer
Ali, Api Islam, (Jakarta: PT Pembangunan, 1966), hlm. 79
5
Ira Lapidus,
Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), hlm. 35
[2] 6 Asas Haji dalam islam berdasar aqidah Tauhid,
lihat dalam Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm.140
7
Ibid, hal 40
8
Thomas W
Arlnold, The Preaching of Islam, terj. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam.
(Jakarta: Widjaya, 1985), hlm. 10
[3] 9 Ibid, hlm. 12
10 Isi pemboikotan, (a) tidak ada
boleh mengawini wanita Bani Hasyim, (b) tidak boleh menjual dan membeli apapun
dari Bani Hasyim, baca di Badri Yatim, Dari Makkah ke Madinah, Ensiklopedi
Tematis 12 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002), hlm. 13
11 Tim, SKI IAIN Alauddin, Sejarah
Kebudayaan Islam, Depag, Jakarta, hlm 30
12 Syalabi dalam Badri Yatim
menyebutkan ada 5 faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Nabi,
(1) Mereka tidak dapatmembedakan antara kenabian dan kekuasaan, (2) adanya
seruan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya, (3) adanya ajaran kebangkitan
kembali dan pembalasan di akhirat, (4) taklid kepada nenek moyang, (5) pemahat
dan pematung memandang, islam sebagai penghalang, rezeki, Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm. 20
[4] 13 Karen Amstrong, Muhammad A Biography of The
Prophet, Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis, terj. Syirikil Syah,
(Risalah Gusti, 2001), hlm. 128
14 DR. H. Badri Yatim Dari Makkah ke
Madinah, dalam Ensiklopi Tematis Jilid 2 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), hlm.9
15 ................, Sejarah Islam, (Jakarta:
Djajamurni, 1971), hlm. 102
[5] 16 Seperti diketahui sebelumnya Nabi pernah ke
Thoif dan Habasyah namun tidak memperoleh dukungan yang signifikan
17 Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat
Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,1999), hlm. 37
18 Ahmad Syahabi, Masyarakat Islam,
(Jakarta: PT Djajamurni) hlm. 38
19 Ibid, hlm. 39-45
20 Lebih lanjut dapat dilihat dalam
Ahmad Syalabi, Ibid, hlm. 45
[6] 21 Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam, Tim
Penerjemah Indonesia, Jakarta hlm. 16
22 Tim SKI IAIN Alauddin, SKI, Depag, hlm.43
23 Ahmad
Syalabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: PT Djajamurni), hlm. V
24 Dalam Badri
Yatim, Dari Makkah ke Madinah, dalam Ensiklopi Tematis Jilid 2 (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002), hlm.26
25 Ibid, hlm.
26
26 Ibid, hlm
28-31
[7] 6 Asas Haji dalam islam berdasar aqidah Tauhid,
lihat dalam Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm.140
7
Ibid, hal 40
8
Thomas W
Arlnold, The Preaching of Islam, terj. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam.
(Jakarta: Widjaya, 1985), hlm. 10
0 Komentar